DENPASAR – Desa Tenganan Pegringsingan, sebuah desa kuno yang terletak di Kabupaten Karangasem, Bali, kembali menggelar Tradisi Perang Pandan yang selalu dinanti-nantikan. Ritual unik dan penuh semangat ini dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 2025, bertepatan dengan upacara Sasih Sembah, sebuah perayaan penting dalam kalender adat desa setempat. Tradisi Perang Pandan, atau yang dikenal juga dengan nama Mekare-kare, menjadi daya tarik utama bagi wisatawan domestik maupun mancanegara yang ingin menyaksikan secara langsung kekayaan budaya Bali yang masih lestari.
Tradisi Perang Pandan merupakan sebuah ritual pertarunganContact Form tradisional antar pemuda desa yang menggunakan duri daun pandan sebagai senjata. Meskipun terlihat ekstrem, ritual ini memiliki makna mendalam bagi masyarakat Tenganan. Konon, Perang Pandan ini merupakan bentuk penghormatan kepada Dewa Indra, sang dewa perang, serta sebagai simbol persaudaraan dan kekuatan antar warga desa. Sebelum acara dimulai, para peserta akan mengenakan pakaian adat khas Tenganan dan tubuh mereka diolesi dengan minyak tradisional sebagai pelindung.
Suasana di arena Perang Pandan sangat meriah dan penuh sorak sorai. Dua orang pemuda akan saling berhadapan, dipandu oleh seorang pengadil atau wasit. Mereka akan saling menyerang dan menangkis menggunakan ikatan daun pandan berduri. Meskipun duri pandan dapat menimbulkan luka gores, namun semangat persahabatan dan sportivitas tetap dijunjung tinggi. Setelah beberapa saat bertarung, pengadil akan menghentikan pertarungan dan kedua peserta akan saling berpelukan sebagai tanda berakhirnya ritual. Darah yang keluar dari goresan duri pandan dipercaya memiliki kekuatan magis dan dapat menyuburkan tanah pertanian.
Menurut Jero Mangku Desa Tenganan, Bapak I Wayan Sudira, Tradisi Perang Pandan bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga memiliki nilai-nilai luhur yang diwariskan secara turun-temurun. “Ritual ini mengajarkan kami tentang keberanian, persaudaraan, dan penghormatan kepada leluhur serta alam semesta,” ujarnya saat ditemui di sela-sela acara. Selain Tradisi Perang Pandan, pengunjung juga dapat menyaksikan berbagai ritual dan kesenian khas Desa Tenganan lainnya, seperti Tari Rejang dan proses pembuatan kain tenun ikat geringsing yang terkenal. Keunikan dan keaslian budaya Desa Tenganan menjadikan tempat ini sebagai salah satu destinasi wisata budaya yang sangat berharga di Bali. Pemerintah Kabupaten Karangasem pun terus berupaya untuk melestarikan dan mempromosikan Tradisi Perang Pandan sebagai bagian dari kekayaan warisan budaya Indonesia.
