Pulau kecil di tenggara Bali, Nusa Penida, telah menjelma menjadi destinasi wisata global yang magnetis, dikenal berkat keindahan alamnya yang dramatis dan belum terjamah. Popularitas pulau ini melejit karena deretan tebing kapur menjulang tinggi yang menghadap langsung ke Samudra Hindia, menciptakan formasi pantai yang sangat unik dan spektakuler. Daya tarik utamanya adalah Kelingking Beach, yang sering dijuluki “Pantai T-Rex” karena bentuk tebingnya yang menyerupai kepala dinosaurus Tyrannosaurus Rex. Fenomena geologi ini bukan sekadar pemandangan indah; ia adalah mahakarya alam yang lahir dari proses erosi jutaan tahun, menjadikannya salah satu spot foto paling ikonik di dunia. Perjalanan menuju pulau ini biasanya ditempuh dengan fast boat dari Pelabuhan Sanur atau Kusamba, dengan waktu tempuh rata-rata 45 menit, yang beroperasi setiap hari mulai pukul 07.00 WITA.
Kelingking Beach sendiri menawarkan pemandangan yang memukau dari atas tebing, namun wisatawan yang berani dapat menuruni tangga curam yang telah dibangun demi mencapai pantai berpasir putih di bawahnya. Meskipun tantangannya tinggi, imbalannya setimpal, berupa air laut biru jernih dan suasana pantai yang masih alami. Menurut catatan Asosiasi Kapal Cepat Bali (per 15 April 2025), lonjakan pengunjung ke Nusa Penida mencapai puncaknya pada periode Juli dan Agustus, di mana rata-rata 5.000 hingga 7.000 wisatawan asing dan domestik berkunjung setiap harinya. Peningkatan ini membuat Dinas Pariwisata Kabupaten Klungkung sempat membatasi jam operasional kunjungan di Kelingking Beach hingga pukul 18.30 WITA demi alasan keamanan.
Selain Kelingking Beach, pulau ini menyuguhkan serangkaian pantai unik lainnya. Ada Broken Beach (Pasih Uug), tebing melingkar dengan lubang besar di tengahnya yang menyerupai jembatan alami di atas laut, dan di dekatnya terdapat Angel’s Billabong, sebuah laguna alami di antara tebing karang yang airnya sangat jernih dan tenang. Keunikan bentukan alam seperti ini tidak terlepas dari batuan kapur yang mendominasi geologi Nusa Penida, yang menciptakan kontras dramatis antara tebing keras, pasir putih, dan air laut berwarna turquoise pekat.
Aspek budaya juga tak kalah menarik. Masyarakat lokal di pulau ini sangat memegang teguh tradisi, yang sebagian besar merupakan penganut Hindu Dharma seperti di Bali daratan. Pura-pura kuno seperti Pura Goa Giri Putri, yang terletak di dalam gua besar, menjadi pusat kegiatan spiritual. Gua ini sering dijadikan tempat Tirta Yatra (perjalanan suci) oleh umat Hindu, dan keunikan pura di dalam gua ini menciptakan atmosfer spiritual yang hening dan mistis. Menurut penelitian Universitas Udayana (dipublikasikan Maret 2024), pembangunan infrastruktur pariwisata di pulau ini kini lebih memperhatikan aspek konservasi, terutama untuk melindungi terumbu karang di sekitar Crystal Bay dan Manta Point, dua lokasi snorkeling dan diving yang terkenal karena adanya ikan pari Manta.
Eksplorasi keindahan bawah laut juga menjadi daya tarik utama Nusa Penida. Area seperti Manta Point dan Crystal Bay menawarkan pengalaman menyelam untuk berinteraksi dengan Pari Manta raksasa dan menikmati terumbu karang yang sehat. Guna menjaga kelestarian biota laut, pengelola wisata bahari, yang didukung oleh aparat keamanan laut (per 5 Mei 2025), secara ketat mengawasi penggunaan jangkar kapal dan praktik penyelaman yang merusak. Secara keseluruhan, pulau ini adalah paket lengkap wisata alam dan budaya yang spektakuler, menantang para pelancong untuk menjelajahi keajaiban di luar Bali daratan.
