Di Pulau Bali, Ritual Pembersihan yang dilakukan umat Hindu menjelang Hari Raya Nyepi memiliki makna spiritual yang sangat mendalam dan disaksikan oleh ribuan pasang mata. Ritual ini dikenal sebagai Melasti, sebuah upacara yang bukan hanya membersihkan diri secara rohani, tetapi juga membersihkan Bhuana Agung (alam semesta) dan Bhuana Alit (diri manusia) dari segala kotoran spiritual. Ritual Pembersihan Melasti secara tradisional dilaksanakan tiga hari menjelang Nyepi, biasanya jatuh pada hari Rabu atau Kamis sesuai penanggalan Bali. Upacara ini merupakan Inovasi Fitur Unggulan dari rangkaian perayaan Nyepi yang bertujuan untuk mendapatkan Tirta Amerta (air kehidupan) dari sumber-sumber air suci, yaitu laut dan danau.
Melasti adalah prosesi agung di mana semua pratima (benda-benda suci atau simbol dewa-dewi) dari pura-pura desa diusung secara massal menuju laut (Segara) atau danau. Laut dan danau dianggap sebagai sumber air suci yang memiliki kekuatan untuk menyucikan segala kotoran dan keburukan. Prosesi ini selalu diiringi oleh alunan gamelan Bali yang sakral dan dikawal oleh para pemangku adat. Pada tahun tertentu, seperti pada Melasti menjelang Nyepi tahun Saka 1948 (bertepatan pada Maret 2026), ribuan umat dari ratusan desa diperkirakan akan memadati Pantai Sanur dan Pantai Kuta untuk melaksanakan Ritual Pembersihan ini. Pihak Kepolisian Resor Denpasar biasanya mengerahkan 300 personel untuk memastikan kelancaran dan ketertiban prosesi.
Tujuan utama dari upacara Melasti adalah membersihkan Pralingga dan Pratima Ida Bhatara (simbol-simbol perwujudan Tuhan) dari kotoran atau pengaruh buruk. Setelah disucikan di lautan, diharapkan simbol-simbol tersebut akan kembali suci dan siap memberikan perlindungan kepada umat manusia. Selain itu, Ritual Pembersihan ini juga merupakan sarana Tapa Brata yang dilakukan umat secara bersama-sama, memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) agar keseimbangan alam semesta tetap terjaga dan terhindar dari marabahaya.
Secara filosofis, Melasti mengandung makna peleburan sifat-sifat buruk dan keserakahan (mala) yang ada di dalam diri manusia. Dengan membersihkan benda-benda suci, umat Hindu juga diingatkan untuk membersihkan hati dan pikiran mereka sendiri sebelum memasuki Catur Brata Penyepian (empat larangan Nyepi). Pelaksanaan upacara ini menunjukkan betapa kuatnya budaya dan spiritualitas Hindu Bali dalam menjaga harmoni antara manusia dengan alam dan Tuhan, sebuah warisan kebudayaan yang terus dijaga kelestariannya.
