Krisis Overtourism Bali: Fakta Lingkungan dan Upaya Pemda Mendorong Pariwisata Berkelanjutan

Krisis Overtourism di Bali kini menjadi perhatian serius, terutama pasca-pandemi. Lonjakan jumlah wisatawan, meskipun menguntungkan secara ekonomi, mulai menunjukkan dampak negatif yang mengancam keindahan Pulau Dewata. Keseimbangan lingkungan dan budaya terdesak.

Salah satu Fakta Lingkungan yang paling nyata adalah masalah sampah plastik. Volume limbah yang dihasilkan jauh melampaui kapasitas pengelolaan, mengakibatkan pencemaran di pantai dan sungai. Hal ini sangat merusak citra Bali sebagai destinasi alam.

Selain itu, eksploitasi air tanah yang berlebihan untuk kebutuhan hotel dan vila pariwisata menyebabkan penurunan drastis permukaan air. Kekeringan lokal mulai menjadi ancaman serius bagi masyarakat. Krisis Overtourism menekan sumber daya alam yang vital.

Kemacetan lalu lintas di kawasan wisata padat seperti Kuta, Canggu, dan Ubud adalah indikasi lain. Keterbatasan infrastruktur jalan tidak mampu menampung volume kendaraan yang terus meningkat. Kualitas pengalaman berwisata bagi pengunjung pun ikut terganggu.

Menanggapi situasi ini, Pemerintah Daerah (Pemda) Bali mengambil langkah strategis. Fokus utama adalah mengubah model mass tourism menjadi Pariwisata Berkelanjutan. Tujuannya adalah memastikan pariwisata bermanfaat jangka panjang bagi seluruh elemen.

Upaya Pemda diwujudkan melalui kebijakan pembatasan dan pengendalian pembangunan akomodasi di beberapa zona overtourism. Hal ini bertujuan untuk menjaga daya dukung lingkungan dan mencegah alih fungsi lahan hijau yang semakin masif.

Pemda juga gencar menerapkan kebijakan pungutan retribusi bagi wisatawan asing. Dana yang terkumpul ini secara spesifik dialokasikan untuk program konservasi alam dan pelestarian budaya. Ini adalah langkah konkret menghadapi Krisis Overtourism.

Di sisi lain, Pemda aktif mempromosikan destinasi wisata baru di Bali Utara dan Timur. Upaya ini dilakukan untuk mendistribusikan kunjungan wisatawan secara lebih merata. Kualitas Pariwisata Berkelanjutan tidak hanya terpusat di Bali Selatan.

Penguatan regulasi tentang pengelolaan sampah dan limbah juga menjadi prioritas. Sekolah, hotel, dan desa didorong untuk menerapkan konsep reduce, reuse, recycle. Edukasi mengenai Fakta Lingkungan terus digencarkan kepada pelaku pariwisata dan masyarakat.